Jumat, 14 November 2008

Menata Waktu

Apakah saudara sudah memanfaatkan waktu saudara dengan bijaksana ? Banyak orang yang belum memanfaatkan waktunya dengan maksimal, mereka menghabis-habiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak berguna, dan akhirnya hari-harinya berlalu begitu saja dengan sia-sia. Tetapi, jadilah orang yang bertanggung jawab dalam pengelolaan waktu.
Gunakan waktumu dengan melakukan hal-hal yang berguna, bermanfaat, untuk menghasilkan sesuatu yang produktif dan membangun.
Untuk dapat mengerti betapa berharganya waktu, hati dan pikiran kita harus terbuka. Mari renungkan kata-kata bijak di bawah ini :

Gunakan waktu untuk berfikir, itulah sumber inspirasi dan kreativitas
Gunakan waktu untuk bermain, itulah rahasia untuk tetap muda dan sehat
Gunakan waktu untuk tertawa, itulah musik yang menyegarkan jiwa
Gunakan waktu untuk membaca, itulah sumber hikmat
Gunakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan
Gunakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah anugerah terbesar
Gunakan waktu untuk berdiam diri, itulah saat instropeksi diri
Gunakan waktu untuk berdoa dan membaca firman, itulah waktu intim
Bersama Tuhan dan mengenal-Nya

Waktu yang disia-siakan tidak akan pernah kembali, jadi hargailah waktu, dan pergunakan waktu dengan se-bijaksana mungkin, Amin.

Orang yang pandai memanfaatkan waktu,
hidupnya tidak akan berlalu dengan sia-sia

Do Something To Do

Seorang pemuda diterima bekerja di sebuah usaha pertanian, dan ketika ditanya pengalaman kerja sebelumnya, pemuda itu berkata "Saya dapat tidur ketika angin bertiup". Pemilik pertanian sedikit bingung, namun kemudian si petani pun memberikan arahan apa saja yang harus dikerjakan oleh pemuda itu. Dan selama beberapa bulan pertama, pemuda itu mengerjakan dengan baik segala sesuatu yang ditugaskan padanya.
Suatu malam, bertiup badai besar di area pertanian. Sang petani panik berlari keluar dan berlari kian kemari, sebab pikirnya sesuatu pasti terlepas, terbuka, atau tertiup badai, tetapi ia mendapati segala sesuatunya aman. Gudang, kandang, bak penampungan air, mesin-mesin, dan truk-truk dalam keadaan aman. Kemudian si petani pun lari ke pondok si pemuda untuk mengucapkan terima kasih padanya, namun ia menemukan pemuda itu sedang tertidur lelap. Maka teringatlah petani itu akan apa yang dikatakan si pemuda itu, "Saya dapat tidur ketika angin bertiup". Sang petani pun tersenyum, ia menyadari bahwa si pemuda itu telah bekerja dengan sangat baik.
Saudara, melalui kisah di atas marilah kita belajar untuk tidak menganggap enteng kepercayaan yang diberikan kepada kita. Hindarilah kebiasaan menunda-nunda pekerjaan karena hal itu nantinya akan menyulitkan kita juga. Tetapi, kerjakanlah segala sesuatu dengan rajin dan maksimal, maka kita pasti dapat tersenyum puas.

Tuntaskanlah tugas yang menjadi bagian anda
dan tidurlah ketika Tuhan mengerjakan bagianNya.

Minggu, 09 November 2008

Rudy Habibie dan Rudy Chaerudin, Sukses Mana?

Saya ingat waktu di SMA dulu, kami (murid) harus menjalani test IQ untuk penjurusan. Sekolah saya menetapkan bahwa murid2 dengan IQ tinggi bisa masuk ke jurusan IPA/Science. Murid dengan IQ sedang hanya bisa masuk jurusan Sosial dan yang paling rendah IQnya hanya diijinkan untuk masuk ke jurusan Bahasa.

Aturan di sekolah saya ternyata berlawanan dengan aturan dari SMA swasta terkenal di Yogyakarta yang mengarahkan anak-anak yang ber IQ paling tinggi justru ke jurusan Bahasa.
Sewaktu saya diskusi dengan Romo Mangun Wijaya (Alm) tentang kurikulum sekolah, Beliau mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih mewarisi "budaya" kolonial Belanda.
Menurut beliau, seharusnya anak-anak yang kecerdasannya tinggi seharusnya diarahkan untuk masuk jurusan Sosial supaya di masa mendatang akan lahir ekonom, hakim, jaksa, pengacara, polisi, diplomat, duta besar, politisi dsb yang hebat2. Tetapi rupanya hal itu tidak dikehendaki oleh penguasa (Belanda). Belanda menginginkan anak-anak yang cerdas tidak memikirkan masalah2 sosial politik. Mereka cukup diarahkan untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli computer, ahli matematika, dokter, dsb yang asyik dengan science di laboratorium (pokoknya yang nggak membahayakan posisi penguasa). Saya nggak tahu persis yang benar Romo Mangun Wijaya atau pemerintah Belanda. Hanya saja waktu itu saya yang kuliah ambil jurusan Kurikulum jadi patah semangat karena kayaknya kurikulum di Indonesia ini hampir tidak ada hubungannya dengan kehidupan yang akan dijalani orang setelah keluar dari sekolah.
Kita bisa lihat, Insinyur yang menjadi politisi bahkan memimpin parlemen,kemudian dokter (umum) bisa menjadi kepala Dinas P & K atau tenaga marketing, sarjana theologia yang jadi pengusaha, dsb. Sampai saat ini,masih banyak orang tua dan masyarakat yang beranggapan bahwa anak yang hebat adalah anak yang nilai matematika dan science-nya menonjol.Paradigma berpikir orang tua/masyarakat ini sangat mempengaruhi konsep anak tentang kesuksesan. Bulan Juni 2003 yang lalu, lembaga tempat saya bekerja mengadakan seminar anak-anak.

Di depan 800-an anak, Kak Seto Mulyadi (Si Komo) menunjukkan 5 Rudy.
- Yang Ke-1 : Rudy Habibie (BJ Habibie) yang genius, pintar bikin pesawat dan bisa menjadi presiden.
- Yang Ke-2 : Rudy Hartono yang pernah beberapa menjadi juara bulu tangkis kelas dunia.
- Yang Ke-3 : Rudy Salam yang suka main sinetron di TV
- Yang Ke-4 : Rudy Hadisuwarno yang ahli di bid. kecantikan dan punya byk salon kecantikan di bbrp kota .
- Yang Ke-5 : Rudy Choirudin yang jago masak dan sering tampil memandu acara memasak di TV.
Sewaktu Kak Seto bertanya "Rudy yang mana yang paling sukses menurut kalian?" Hampir semua anak menjawab "Rudy Habibie" Sewaktu ditanyakan "Mengapa, kalian bilang bahwa yang paling sukses Rudy Habibie?"
Anak-anakpun menjawab "Karena bisa membuat pesawat terbang, bisa menjadi presiden, dsb" Sewaktu Kak Seto menanyakan "Rudy yang mana yang paling tidak sukses?" Hampir seluruh anak menjawab "Rudy Choirudin" Ketika ditanyakan "Mengapa kalian mengatakan bahwa Rudy Choirudin bukan orang yang sukses?"
Anak-anakpun menjawab "Karena Rudy Choirudin hanya bisa memasak"
Memang begitulah pola pikir dan pola asuh dalam keluarga dan masyarakat Indonesia pada umumnya yang masih menilai kesuksesan orang dari karya-karya besar yang dihasilkannya. Masyarakat kita banyak yang belum bisa melihat kesuksesan adalah pengembangan talenta secara optimal sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan yang dijalaninya dengan "enjoy".

Banyak masyarakat kita yang beranggapan bahwa IQ adalah segala-galanya. Padahal kenyataannya EQ, SQ dan faktor2 lain juga sangat menentukan. Dalam seminar tsb Kak Seto hanya ingin merubah paragidma berpikir anak-anak (dan juga orang tua/keluarga) . Anak-anak dan orang tua harus menyadari dan mensyukuri setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan.
Bila talenta tersebut dikembangkan dengan baik, maka kita bisa mencapai kesuksesan di "bidangnya". Jadi untuk anak-anak yang tidak pintar matematika, anak2 tidak perlu minder dan orang tua tidak perlu malu atau menekan anak. Anak-anak yang lebih menyukai pelajaran menggambar daripada pelajaran2 lain, bukanlah anak-anak yang bodoh karena justru anak2 yang punya imajinasi tinggilah yang pintar menggambar/ melukis. Anak-anak yang suka ngobrol, kalau kita arahkan bisa saja kelak menjadi politisi atau negotiator yang baik.
Anak-anak yang banyak bicara, kalau diarahkan untuk menuliskan apa yang ingin dibicarakan bisa2 menjadi penulis yang hebat. *** Mbak Dwi Setyani juga mengingatkan kita untuk lebih memfokuskan pada kekuatan kita dari pada "wasting time" bersungut-sungut, hanya memikirkan kelemahan kita.

Saya pernah membaca pengalaman hidup seorang penyanyi di Amerika. Penyanyi tsb dulunya tidak PD karena wajahnya tidak terlalu cantik dan giginya tonggos. Saat menyanyi di pub, dia repot mengatur bibirnya supaya giginya yang tonggos tidak dilihat orang. Hasilnya: ia hanya bisa menghasilkan suara yang pas-pasan. Ketika temannya meyakinkan bahwa giginya yang tonggos itu bukanlah masalah, maka iapun bisa menyanyi dengan bebas dan meng-eksplore suara emasnya. Ternyata orang-orang mengingat penyanyi itukarena kualitas suaranya, bukan parasnya yang jelek dengan gigi tonggosnya.

*** Kitapun meyakini bahwa Tuhan menciptakan setiap kita (manusia)dengan maksud yang terbaik demi kemuliaan-Nya. Kalau saja kita meyakini hal tersebut, maka semua orang akan mensyukuri keadaan dan memanfaatkan talenta yang Tuhan berikan untuk kemuliaan-Nya.
Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Kembangkan Inspirasi

Orang-orang besar yang sukses ternyata selalu terinspirasi oleh alam sekitar. Contohnya, Walt Disney, seorang tokoh yang terinspirasi oleh tikus-tikus yang berkeliaran di garasi rumahnya. Melalui inspirasi itu kemudian dia menciptakan tokoh Mickey Mouse dan Mini Mouse yang menjadi tokoh kartun yang mendunia pada saat itu.
Selain itu begitu banyak karya tulisan masterpiece yang terinspirasi oleh binatang, yaitu Who Moved My Cheese yang bercerita tentang perjalanan dua kurcaci dan dua ekor tikus dalam menemukan statiun keju. Fish, A Remarkable Way to Boost Morale and improve, sebuah buku yang terinspirasi oleh ikan dan perilaku orang-orang di sebuah pasar ikan di Amerika Serikat.
Alam di sekitar kita adalah sumber inspirasi bagi siapa saja terutama orang yang tekun mencari dan menggalinya. Nah, mulailah lihat di sekelilingmu dan temukan inspirasi.

Menerima diri apa adanya

Psikolog Martin Seligman dari Universitas Pennsylvania, AS pernah melakukan penelitian tentang bagaimana sikap optimis mempengaruhi pekerjaan. Ia meneliti tenaga sales sebuah perusahaan asuransi jiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sales yang optimis mampu menjual polis 37% lebih banyak dibandingkan sales yang pesimis. Bagaimana caranya agar kita dapat menumbuhkan rasa optimis dalam diri kita ? "Terimalah diri sendiri tanpa syarat seperti Anda menerima orang lain", kata Prof. David Burns dari Presbyterian University.
Kebanyakan dari kita sulit untuk menerima diri apa adanya dan senang membandingkan diri dengan orang lain. Tetapi sesungguhnya, hanya dengan memiliki rasa cinta dan penerimaan diri sendiri yang telah Tuhan tunjukkan untuk kita, maka kita dapat menerima diri kita apa adanya dan melihat diri kita seperti Tuhan melihat diri kita.
Jangan lagi memiliki pandangan negatif terhadap diri kita sendiri, tetapi terimalah rancangan Tuhan yang terbaik bagi kita sebagaimana adanya.

ANDA BUKANLAH PRODUK GAGAL,
TETAPI ANDA ADALAH KARYA CIPTAAN TUHAN YANG SEMPURNA